Ambarita.my.id, Manchester - Didatangkan dengan banderol £54,5 juta, Kevin De Bruyne menjadi rekor transfer Manchester City pada 2015 silam. Banyak yang menyebut langkah ini sebagai perjudian, lantaran riwayatnya sebagai 'Chelsea Reject'.
Namun, De Bruyne menjawab semua keraguan dengan performa impresif sejak hari pertama. Di musim debutnya, ia langsung menjadi pilar penting di lini City, bersanding dengan nama-nama besar seperti Yaya Touré David Silva, dan Fernandinho yang mendukung sang predator saat itu, Sergio Agűero di lini depan.
Tak butuh waktu lama, 16 gol dan 13 assist ia catatkan di musim perdananya.
Salah satu momen paling ikonik adalah golnya ke gawang PSG, sebuah bola melengkung yang hingga kini masih segar dalam ingatan.
Adaptasi di era Pep
Kedatangan Pep Guardiola ke Manchester City membawa revolusi taktik. Banyak yang bertanya, apakah para pemain bisa mengikuti tuntutannya - terutama Kevin De Bruyne. Jawabannya? Lebih dari sekedar bisa!
Di bawah Pep, KDB tak hanya bertahan, ia berevolusi. Dari playmaker klasik, ia diubah menjadi 'free 8', gelandang dinamis yang menjadi jantung permainan City.
Lewat visi, umpan, dan kecerdasan ruang. De Bruyne jadi otak serangan tim yang mendominasi Premier League. Hasilnya? Gelar demi gelar, assit demi assit tak terhitung, dan status sebagai pemain terbaik dunia di posisinya.
Walaupun City hanya bisa finish di posisi 3 di klasemen akhir tapi De Bruyne menegaskan menjadi raja assist dengan 20 assist dan mampu menyumbang 7 gol.
Musim 2017/18 menjadi panggung utama De Bruyne. Di tahun keduanya bersama Pep Guardiola, ia menjadi jadi motor serangan City yang memecahkan rekor Premier League - 100 poin, 106 gol, dan 32 kemenangan.
Diposisikan sebagai free 8, KDB tampil dominan. 8 gol dan 16 assist ia catatkan di liga, tapi kontribusinya lebih dari sekadar angka. Ia mengatur tempo, membuka ruang, dan mengeksekusi umpan-umpan brilian yang seringkali jadi kunci kemenangan.
"He's a complete midfielder," kata Pep - musim itu, dan dunia pun setuju dengan pernyataan Pep Guardiola.
Musim yang terlewat
Setelah musim luar biasa di 2017/18, ekspektasi untuk De Bruyne sangat tinggi. Tapi musim 2018/19 berjalan berbeda - cedera jadi cerita utama.
KDB mengalami 2 cedera lutut serius yang membuatnya absen di sebagian besar musim. Total, ia hanya tampil 19 kali di Premier League sebagian besar dari bangku cadangan.
Meski begitu, disaat-saat ia bermain, kelasnya tetap terasa. Ia jadi bagian dari skuad City yang menyapu bersih 4 tropi lokal. Fourmidable: Community Shield, Premier League, FA Cup, dan Carabao Cup.
Musim itu bukan tentang statistik, tapi tentang mentalitas dan ketangguhan seorang juara. De Bruyne tak menyerah ia mempersiapkan diri untuk bangkit lebih kuat di musim berikutnya.
Bangkit dan mendominasi
Setelah musim yang penuh dengan cedera, De Bruyne kembali dengan cara terbaik dari yang bisa dibayangkan. Musim 2019/20 menjadi bukti bahwa kelas itu permanen - hanya butuh waktu untuk pulih.
De Bruyne tampil luar biasa: 13 gol dan 20 assist di Premier League. Ia menyamai rekor assist Thierry Hendry dalam satu musim, dan menjadi pusat dalam setiap serangan City. Meski City gagal dalam mempertahankan gelar Premier League, Fermorma individu De Bruyne sulit disangkal. Ia dinobatkan sebagai Premier League Player of The Season - penghargaan individu tertinggi di liga.
Dari umpan silang presisi, tembakan roket kaki kanan, sampai visi luar biasa, musim itu menegaskan satu hal. De Bruyne bukan hanya kembali - ia berada di puncak permainannya.
Konsistensi sang maestro
Cedera kembali sempat menghampiri, tapi De Bruyne tetap jadi kunci utama lini tengah City. Dengan 6 gol dan 12 assist di Premier League, ia membantu City merebut kembali gelar juara.
Di Liga Champions, ia memimpin tim hingga final untuk pertama kalinya. Sayangnya harus kalah dari Chelsea. Tapi performa KDB tetap dipuji, meski harus keluar di final karena benturan keras.
De Bryune menutup musim 2020/21 dengan catatan 10 gol dan 18 asssist untuk Manchester City.
Momen sang kapten tanpa ban
Musim 2021/22 De Bruyne tampil lebih gacor. Ia mencetak 15 gol di Premier League - tertinggi sepanjang karirnya saat itu. Salah satu momen paling ikonik quatrick ke gawang Wolves hanya dalam 24 menit.
City kembali menjuarai liga, dan KDB meski tak mengenakan ban kapten - sering jadi pemimpin sesungguhnya di lapangan. Kreatif, tenang, dan menentukan.
Sang Maestro
Musim 2022/23 menjadi puncak dari semua kerja keras dan penantian De Bruyne. Bersama Erling Haaland, ia membentuk duet mematikan, umpan-umpan KDB seolah dirancang khusus untuk striker Norwegia itu.
18 assist di Premier League, plus kontribusi krusial di Liga Champions dan FA Cup membawa Manchester City menyapu bersih semua gelar utama: Premier League, FA Cup, dan Liga Champions.
Dan setelah final Liga Champions di Istanbul, momen emosional pun terjadi. Pep Guardiola memeluk Kevin dan berkata, "We did it, Kev! After Seven years, we did it!" Pep.
Kalimat yang singkat tapi penuh makna, karna sejak 2016 KDB dan Pep berjuang bersama, menghadapi kritik, cedera, kegagalan dan akhirnya impian terbesar: Juara Eropa.
De Bruyne bukan hanya pemain hebat - ia adalah simbol era kejayaan Manchester City.
4 in a row
Musim 2023/24 tak dimulai seperti biasanya untuk Kevin De Bruyne. Cedera hamstring di laga pembuka membuatnya harus naik meja operasi dan absen hampir 5 bulan. Banyak yang bertanya apakah ini awal dari akhir?
Tapi De Bruyne menjawab seperti seorang legenda. Kembali di Januari 2024, ia langsung mencetak assist hanya dalam hitungan menit. Sentuhannya tetap mematikan, visinya tetap tajam. Macam tak pernah absen.
Di paruh ke-2 musim, KDB kembali jadi nyawa permainan City - menyusun ritme, mengirim umpan yang membelah garis lawan, dan membangun koneksi maut dengan Haaland yang sempat 'vakum'.
Di akhir musim sejarah pun tercipta: Manchester City menjadi tim pertama dalam sejarah Premier League yang meraih 4 gelar juara beruntun.
De Bruyne, meski absen separuh musim, tetap memainkan peran vital di fase penentuan. Pemain-pemain datang dan pergi, tapi saat City butuh ketenangan dan kejeniusannya - De Bruyne selalu hadir.
"Kami menulis sejarah.. dan Kevin? Dia menulis nadanya," (ungkapan fans di media sosial).
Legenda
Di awal Agustus 2024 Kevin De Bruyne sempat memberi kode tentang masa depannya di Manchester City "Musim ini kemungkinan besar akan menjadi musim terakhir saya di Manchester City." - Kevin De Bruyne.
Ucapan itu mengguncang Etihad dan seluruh fans City di seluruh dunia. Setelah hampir satu dekade menjadi otak permainan tim, De Bruyne mengisyaratkan perpisahan. Tapi alih-alih menurun, ia memilih menutup kisahnya dengan cata yang hanya bisa dilakukan legenda. Musim 2024/25 jadi babak emosional - bukan hanya soal gol dan assist, tapi tentang warisan, loyalitas, dan cinta terhadap klub.
Di usia 33 tahun, dengan menit bermain yang lebih dijaga, De Bruyne tetap tampil menentukan. Saat laga besar tiba, Pep tak ragu memanggilnya. Dan seperti biasa, umpan brilian, kontrol tempo, dan aura kepemimpinannya langsung terasa di lapangan.
Setiap sentuhan bola terasa berarti. Setiap standing ovation dari publik Etihad terdengar seperti ucapan terimakasih yang belum selesai.
Entah gelar apa lagi yang akan ia angkat musim ini - tapi satu hal pasti: Kevin De Bruyne tak pernah sekadar bermain bola. Ia membentuk sejarah. (*)
